Setiap
manusia pasti memiliki pandangannya masing-masing terkait suatu hal, namun ada
saja pantangan yang dihadapi dari hanya memandang suatu hal, yaitu pandangan
dan penilaian orang lain. Buruk dan baik pada diri sendiri cenderung lebih di
‘soktau” oleh orang lain padahal segala hal yang ada dalam diri kita adalah
kita sendiri kendalinya.
Ketika
seseorang menyibukkan hidupnya dengan mengundang perilaku orang lain ke dalam
hidupnya, maka dia akan lupa untuk berpikir buat pertumbuhan, perbaikan, dan kemajuan
kepribadiannya sendiri yang lebih berkualitas.
Entah kenapa seseorang punya kecenderungan alamiah untuk memedulikan apa yang orang lain perbuat dan katakan. Lebih parahnya lagi ketika ada orang yang berpendapat lalu ada orang lain yang seolah olah dirinya benar dengan cara memerlakukan orang yang menurut dia salah dengan seenkanya,
Apakah
salah kalau seseorang menilai orang lain? Tidak salah, tapi perilaku yang
terlalu terbiasa untuk menilai kekurangan dan kelemahan orang lain, hanya akan
menghasilkan ketidakbahagiaan ke dalam diri sendiri. Artinya, kekurangan dan
kelemahan orang lain itu adalah energi negatif, yang berpotensi masuk ke dalam
diri sendiri, dan mengurangi perasaan bahagia. Terlebih disini gua menitik
beratkan tentang cara berpendapat dan cara pandang.
Ada
kutipan dari stand up pandji pragiwaksono yang menurut gua mikir bener juga
yak.kurang lebih seperti ini “ketika lo mikir orang lain salah belum tentu itu
menurut mereke salah karena gak mungkin ia bicara dan melakukan hal yang
menurutnya salah”. Contoh yang pandji berikan adalah terkait bom bunuh diri se
keluarga. Enggak mungkin nih bapak dan ibu sampe ngajak anaknya dan setega itu
untuk melakukan bom bunuh diri kalo menurut mereka apa yang dilakukan salah.
“Kebenaran
yang dihasilkan dari persepsi Anda belum tentu menjadi benar dipersepsi orang
lain.”
-Djajendra-
Manusia
itu lebih mudah dalam melihat hal-hal yang buruk dari orang lain daripada
kebaikannya. Diakui atau tidak, itulah fakta yang ada. Kita memang lebih mudah
melihat kesalahan orang lain daripada kebaikan yang telah mereka lakukan. Jika
orang lain melakukan kesalahan sedikit saja, kita akan dengan mudah menilai
mereka dan menghakimi mereka dengan cara dan pola pikir kita sendiri. Kita akan
lupa mengenai semua kebaikannya.
Hal itu
lah yang menyebabkan banyak orang yang merasa paling benar. Banyak orang yang
merasa paling memahami dunia dan seisinya, tanpa mau memahami dirinya sendiri.
Banyak orang yang sibuk menilai dan menunjuk kesalahan orang lain tanpa bisa
berintrospeksi terhadap diri sendiri. Padahal, introspeksi diri itu sangat
penting untuk mengetahui posisi dan kedudukan kita sebagai manusia. Apakah kita
sudah menjalani hidup ini dengan maksimal, atau justru banyak orang yang tidak
nyaman
dengan
kelakuan kita sehari-hari.Itulah kenapa gua cendrung diem kalo ada temen yang
mengomentari suatu hal dari orang lain, biasanya kalo ada temen yang
mengomentari hal ,temen yang lain cendrung kebawa dengan makin memanaskan dan
gembar gembor seolah paling tau masalahnya, dan gua gamau bertindak bodoh
seperti itu.
Disadari
atau tidak lagi ketika lo mengomentari dan memandang orang lain itu juga percuma
kerena perlu diingat orang lain yang lo nilai juga gaakan merasa dirinya salah,
dia Cuma melakukan apa yang menurut dia benar. Dan jatuhnya penilaian lawan
dengan perlawanan adalah sia sia. Dan lo gaakan puas dengan hasilnya dan hanya
dapet kepuasan dalam meluapkan emosi.
Ketika
orang menilai orang lain salah menurutnya dan melakukan apa yang ia mau tanpa
memikirkan dampak yang ia keluarkan terhadap lawan mainnya, ia memudarkan rasa
kasih sayang sesama manusia karena ketidakpedulian yang ia keluarkan atas dasar
apa yang diyakininya benar.
Lo
pikir kenapa coki pardede bisa seenaknya mengomentari hal hal tanpa ada batas
kewajaran. Coki ingin membuat membiasakan batas kewajaran dinaki levelnya agar
semua orang bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Namun tetap saja emang
kebodoamatan yang didepankan coki sang manusia tanpa kepercayaan tuhan,
ciaakhh.
Jika
Anda hanya berusaha menilai seseorang, maka Anda tidak akan pernah dapat
menyayangi mereka.
-Sepositif-
Tentu
penilaian itu bukan hanya pasal cerdas dan tidak cerdas. Namun, yang ditekankan
di sini adalah cara pandang mana yang kita gunakan. Manusia akan dinilai dari
bagaimana pola pikirnya, cara bicaranya, dan tingkah lakunya. Ketiganya adalah
elemen utuh yang tidak bisa dipisahkan untuk menilai orang lain. Jangan menjadi
bagian dari yang konyol, yang hanya melihat sesuatu dari sisinya saja.
Ketika
seseorang sudah memahami apa yang yang dimaksud orang lain tanpa ada
penghakiman maka akan terbiasa berpikir positif terhadap kehidupan yang
realistis. Menurut gua seseorang boleh menyalahkan apa yang dikatakan dan
dilakukan orang lain dengan atas dasar pedoman dan aturan yang ada, jika hanya
persepsi tiap orang yang saling bertolak belakang dan dipermasalahkan itu tidak
akan ada ujungnya.
Sebagai
kalangan remaja yang mungkin sulit menyeimbangkan emosinya, mungkin setidaknya
tidak mudah terbanjiri dengan hal hal sia sia atau mungkin bisa bodoamat
terhadap suatu hal yang dirasanya tidak penting agar tidak memancing perasaan
hati.
Kesenjangan
dan ketimpangan di bidang sosial diciptakan oleh makhluk sosialnya itu sendiri
oleh karena itu perluas cara berpikir dan lingkungan pertemanan agar meluas
pula ilmu sosial yang kita miliki. Jangan mau disetir oleh pergaulan dan
lingkungan yang salah, kembangkan yang apa dimiliki buang berpikiran negatif
terhadap orang lain dan beri kebebasan orang lain dalam melakukan segala
sesuatu tanpa patokan dari manusia itu sendiri, karena keyakinan datangnya dari
diri sendiri bukan penilaian orang lain.sekian.cheers.
Bertanyalah
pada diri sendiri tentang bagaimana diri ini sebenarnya? Agar kita tak terlalu
jauh melangkah menuju sesuatu yang merugikan kita nantinya
-Baiq
Riyan-