Menilai orang lain salah juga salah

October 09, 2020

 

Setiap manusia pasti memiliki pandangannya masing-masing terkait suatu hal, namun ada saja pantangan yang dihadapi dari hanya memandang suatu hal, yaitu pandangan dan penilaian orang lain. Buruk dan baik pada diri sendiri cenderung lebih di ‘soktau” oleh orang lain padahal segala hal yang ada dalam diri kita adalah kita sendiri kendalinya.

Ketika seseorang menyibukkan hidupnya dengan mengundang perilaku orang lain ke dalam hidupnya, maka dia akan lupa untuk berpikir buat pertumbuhan, perbaikan, dan kemajuan kepribadiannya sendiri yang lebih berkualitas.



 

Entah kenapa seseorang punya kecenderungan alamiah untuk memedulikan apa yang orang lain perbuat dan katakan. Lebih parahnya lagi ketika ada orang yang berpendapat lalu ada orang lain yang seolah olah dirinya benar dengan cara memerlakukan orang yang menurut dia salah dengan seenkanya,

Apakah salah kalau seseorang menilai orang lain? Tidak salah, tapi perilaku yang terlalu terbiasa untuk menilai kekurangan dan kelemahan orang lain, hanya akan menghasilkan ketidakbahagiaan ke dalam diri sendiri. Artinya, kekurangan dan kelemahan orang lain itu adalah energi negatif, yang berpotensi masuk ke dalam diri sendiri, dan mengurangi perasaan bahagia. Terlebih disini gua menitik beratkan tentang cara berpendapat dan cara pandang.

Ada kutipan dari stand up pandji pragiwaksono yang menurut gua mikir bener juga yak.kurang lebih seperti ini “ketika lo mikir orang lain salah belum tentu itu menurut mereke salah karena gak mungkin ia bicara dan melakukan hal yang menurutnya salah”. Contoh yang pandji berikan adalah terkait bom bunuh diri se keluarga. Enggak mungkin nih bapak dan ibu sampe ngajak anaknya dan setega itu untuk melakukan bom bunuh diri kalo menurut mereka apa yang dilakukan salah.

“Kebenaran yang dihasilkan dari persepsi Anda belum tentu menjadi benar dipersepsi orang lain.”

 -Djajendra-

Manusia itu lebih mudah dalam melihat hal-hal yang buruk dari orang lain daripada kebaikannya. Diakui atau tidak, itulah fakta yang ada. Kita memang lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada kebaikan yang telah mereka lakukan. Jika orang lain melakukan kesalahan sedikit saja, kita akan dengan mudah menilai mereka dan menghakimi mereka dengan cara dan pola pikir kita sendiri. Kita akan lupa mengenai semua kebaikannya.

Hal itu lah yang menyebabkan banyak orang yang merasa paling benar. Banyak orang yang merasa paling memahami dunia dan seisinya, tanpa mau memahami dirinya sendiri. Banyak orang yang sibuk menilai dan menunjuk kesalahan orang lain tanpa bisa berintrospeksi terhadap diri sendiri. Padahal, introspeksi diri itu sangat penting untuk mengetahui posisi dan kedudukan kita sebagai manusia. Apakah kita sudah menjalani hidup ini dengan maksimal, atau justru banyak orang yang tidak nyaman

dengan kelakuan kita sehari-hari.Itulah kenapa gua cendrung diem kalo ada temen yang mengomentari suatu hal dari orang lain, biasanya kalo ada temen yang mengomentari hal ,temen yang lain cendrung kebawa dengan makin memanaskan dan gembar gembor seolah paling tau masalahnya, dan gua gamau bertindak bodoh seperti itu.

Disadari atau tidak lagi ketika lo mengomentari dan memandang orang lain itu juga percuma kerena perlu diingat orang lain yang lo nilai juga gaakan merasa dirinya salah, dia Cuma melakukan apa yang menurut dia benar. Dan jatuhnya penilaian lawan dengan perlawanan adalah sia sia. Dan lo gaakan puas dengan hasilnya dan hanya dapet kepuasan dalam meluapkan emosi.

Ketika orang menilai orang lain salah menurutnya dan melakukan apa yang ia mau tanpa memikirkan dampak yang ia keluarkan terhadap lawan mainnya, ia memudarkan rasa kasih sayang sesama manusia karena ketidakpedulian yang ia keluarkan atas dasar apa yang diyakininya benar.

Lo pikir kenapa coki pardede bisa seenaknya mengomentari hal hal tanpa ada batas kewajaran. Coki ingin membuat membiasakan batas kewajaran dinaki levelnya agar semua orang bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Namun tetap saja emang kebodoamatan yang didepankan coki sang manusia tanpa kepercayaan tuhan, ciaakhh.

Jika Anda hanya berusaha menilai seseorang, maka Anda tidak akan pernah dapat menyayangi mereka.

-Sepositif-

 

Tentu penilaian itu bukan hanya pasal cerdas dan tidak cerdas. Namun, yang ditekankan di sini adalah cara pandang mana yang kita gunakan. Manusia akan dinilai dari bagaimana pola pikirnya, cara bicaranya, dan tingkah lakunya. Ketiganya adalah elemen utuh yang tidak bisa dipisahkan untuk menilai orang lain. Jangan menjadi bagian dari yang konyol, yang hanya melihat sesuatu dari sisinya saja.

Ketika seseorang sudah memahami apa yang yang dimaksud orang lain tanpa ada penghakiman maka akan terbiasa berpikir positif terhadap kehidupan yang realistis. Menurut gua seseorang boleh menyalahkan apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain dengan atas dasar pedoman dan aturan yang ada, jika hanya persepsi tiap orang yang saling bertolak belakang dan dipermasalahkan itu tidak akan ada ujungnya.

Sebagai kalangan remaja yang mungkin sulit menyeimbangkan emosinya, mungkin setidaknya tidak mudah terbanjiri dengan hal hal sia sia atau mungkin bisa bodoamat terhadap suatu hal yang dirasanya tidak penting agar tidak memancing perasaan hati.

Kesenjangan dan ketimpangan di bidang sosial diciptakan oleh makhluk sosialnya itu sendiri oleh karena itu perluas cara berpikir dan lingkungan pertemanan agar meluas pula ilmu sosial yang kita miliki. Jangan mau disetir oleh pergaulan dan lingkungan yang salah, kembangkan yang apa dimiliki buang berpikiran negatif terhadap orang lain dan beri kebebasan orang lain dalam melakukan segala sesuatu tanpa patokan dari manusia itu sendiri, karena keyakinan datangnya dari diri sendiri bukan penilaian orang lain.sekian.cheers.

Bertanyalah pada diri sendiri tentang bagaimana diri ini sebenarnya? Agar kita tak terlalu jauh melangkah menuju sesuatu yang merugikan kita nantinya

-Baiq Riyan-

  

 

You Might Also Like

2 komentar

Translate