Semakin
berkembangnya zaman, semakin berkembang pula pola pikir manusia. Seiiring berjalannya
waktu mulai muncul hal-hal baru yang menimbulkan kontroversi. Terutama untuk
kita manusia, apalagi manusia sekarang yang tidak ingin ketinggalan dengan
sesuatu yang menjadi trend.
Mungkin
karena pengaruh era globalisasi dimana semua info bisa dikonsumsi oleh seluruh
umat dengan cepat dan mudah. Karena itu, dapat memicu banyak persepsi manusia yang beraneka ragam. Oleh karena itu, timbul
sebuah pola pemikiran dengan pembenaran hakiki yang bernama open minded.
Pemikiran
terbuka merupakan fenomena sosial baru di era kini yang dikaitkan dengan
pemikiran yang bijaksana dalam merespon suatu hal / ide yang bermunculan. Menurut
gua , pada dasarnya cara kerja open minded ini adalah bagaimana seseorang
dibebaskan untuk berpikir dan mencerna berbagai ide yang dihasilkan oleh orang
lain. Tidak mencela dan tidak juga dengan serta merta menerima tanpa
memikirkannya ulang. Berpikiran terbuka sebenarnya baik jika bisa diterapkan
dengan baik.
Namun,
masalahnya dengan fenomena open minded ini gua ngerasa bukan sebagai filter
untuk hal yang baik dan buruk malah dijadikan orang untuk dalih membenarkan
suatu hal atau ide yang dia yakini dengan pemikiran dan perbuatan buruk.
Bagaimana
tidak, pikiran dan perilaku menyimpang seolah menjadi sesuatu yang benar kalo
dihajar dengan dalih open minded. Contohnya ketika A memberikan ide dan
opininya pada si B yang berbeda pendapat, si A mengeluarkan senjata
pamungkasnya “ah lo gak open minded sih” sebagai dalih bahwa A yakin kalo
opininya itu paling benar. Padahal belum tentu info atau ide yang A terima itu
benar, bisa jadi itu sesuatu yang menyimpang dari kebenaran. Orang yang benar-benar
berpikiran terbuka sejatinya tidak mengaku ngaku open minded.
Pikiran
yang terbuka meninggalkan kesempatan bagi seseorang untuk menjatuhkan pemikiran
yang berharga di dalamnya.
-Mark
Twain-
Namun apa yang terjadi,
berpikiran terbuka gua ngerasa dikalangan kami para remaja yang baru mulai
belajar berpikir kritis malah dijadikan ajang keren-kerenan, sebagai simbol
kebijaksanaan yang tidak dapat diganggu gugat. Serta sebagai dalih untuk
membenarkan pemikiran menyimpang dan perbuatan tercela. Dan bahaya buat bahan
mengolok olok orang yang tidak sejalan dengannya.
Yang lebih
bahayanya lagi karena gua ataupun kalangan gua yang masih remaja ini, dimana
emosi belum stabil masih bisa goyah dengan apapun, mulai triggered oleh orang
yang memiliki dalih-dalih open minded. Tentunya akan menimbulkan pengaruh negatif
bagi pola pikir dan prilaku seseorang yang mengonsumsi asumsi dari sang dalih
open minded ini.
Hal yang tidak
seharusnya namun dianggap biasa saja. Agama dijadikan sebagai lelucon, penyimpangan
sosial namun dianggap hal yang wajar, kegiatan yang buruk bahkan mendekati
kemaksiatan dilingkungan dianggap sebagai suatu hal yang ringan dan wajar bila
dilakukan. Padahal seharusnya kalo lo ngerti, hal kayak gitu gak mungkin
terjadi.
Lucunya mereka
yang menyebut dirinya open minded, seiring waktu membuat norma yang berlaku disekitar
hanya seperti objek candaan. Zaman yang sudah semakin maju dan kita tidak boleh
dikekang oleh apa pun. Kalau semua orang berpikiran seperti itu, tak ada
bedanya manusia dengan binatang. Kalo gua rasa fungsi aturan itu bukan untuk
mengekang melainkan sebagai peringatan supaya lo gak bablas kalo ngelakuin
sesuatu.
Seorang bodoh
selalu berpikir ia bijak, tetapi seorang bijak tahu bahwa dirinya adalah
seorang bodoh.
-William
Shakespeare-
Memang susah
mencerna berita atau info yang menghadirkan banyak opini dan asumsi pada yang menerimanya.
Karena dalih open minded ini lahir bila suatu informasi yang dikonsumsinya
belum menghadirkan fakta, hanya segelintir asumsi pada suatu idenya. Sama seperti
teori konspirasi yang menyangkut pautkan satu hal pada hal lain seperti suatu
cocokologi.
Nah hal kayak
gitu tentunya bukan fakta namun masih sebagai opini yang belum tentu terjadi pada
kenyataannya atau malah bisa akan terjadi semestinya.
Yang gua permasalahkan
disini adalah bahwa seseorang yang memengaruhi orang lain dengan dalih bahwa
dirinya open minded jangan sampai membuat orang lain sampai terjun pada
ideologi lo yang belum tentu 100% bener.
Kerena menurut
gua orang yang merasa bener dengan asumsinya hanya menelan mentah-mentah suatu
informasi tanpa ada pembanding dari informasi lainnya ,jadi hanya satu
informasi yang dia baca dan juga hanya satu informasi itu yang diyakini benar dan terpercaya. Hal seperti itukan yang
melahirkan kita terkelabui oleh berita hoax.
Jangan sampai
open minded ini dijadikan salah kaprah, gua khususnya pun masih belajar
mengenai hal ini. Jatuhnya orang yang mengaku open minded namun salah, lalu apa bedanya dengan orang stupid yang buta
informasi, maka harus cerna matang matang informasi sebelum menyalurkan pada
orang lain,jangan jadikan satu sumber berita sebagai tuhannya informasi tanpa
pembanding dari sumber lain yang bisa jadi informasinya sama atau belum tentu
dan malah sebaliknya.
Jika Anda tidak
menjalani hidup dengan pikiran terbuka, Anda akan menemukan banyak pintu
tertutup.
- Mark W. Perrett
-